Lagi, Pendidikan Jadi Ajang Uji Coba: Dari PPDB ke SMPB
0 menit baca
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu negara. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, terutama dalam hal penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Abdul Mu'ti secara resmi mengumumkan, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diubah menjadi Sistem Penerima Murid Baru (SPMB). Dan Beliau mengatakan, pihaknya telah memperkenalkan sistem penerimaan murid baru (SPMB) sebagai ganti sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB). Dan meyakinkan ini tidak sekadar berganti nama, melainkan memang ada hal baru dalam kebijakan kami. Kami ingin keluar dari stigma PPDB zonasi, karena jalur yang digunakan tidak hanya zonasi, namun ada empat hal meliputi jalur domisili, jalur afirmasi, jalur prestasi, dan jalur mutasi. Serta Pergantian nama ini, berjalan lurus dengan visi Kemendikdasmen. Yakni, pendidikan yang bermutu untuk semua kalangan. (lensapurwakarta.com).
Bagaimana Perubahan dari PPDB ke SMPB Terjadi?
Perubahan dari PPDB ke SMPB terjadi karena beberapa alasan, salah satunya adalah keinginan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, perubahan ini juga telah membuat banyak pihak menjadi bingung.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melakukan beberapa perubahan dalam sistem pendidikan, salah satunya adalah perubahan dari PPDB ke SMPB. Perubahan ini telah membuat banyak sekolah menjadi lebih fokus pada jumlah siswa yang diterima daripada kualitas pendidikan yang diberikan.
Tujuan Perubahan
Menurut pemerintah, perubahan dari PPDB ke SMPB bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan bahwa siswa yang diterima di sekolah memiliki kemampuan dan potensi yang sesuai. Namun, beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa perubahan ini hanya akan membuat sistem pendidikan menjadi lebih kompleks dan tidak Efektif
Namun, Perubahan ini telah membuat banyak pihak, termasuk siswa, orang tua, dan guru, menjadi bingung. Mereka merasa bahwa perubahan ini tidak hanya membuat proses penerimaan peserta didik baru menjadi lebih kompleks, tetapi juga membuat kualitas pendidikan menjadi tidak stabil.
Terlihat jelas oleh kasat mata setiap pergantian presiden, pergantian menteri menjadikan juga pergantian dari macam segala aspek termasuk dengan pendidikan. Ini menjadi seolah-olah hanya bahan uji coba pemerintah dalam menjalankan segala kebijakannya dan yang menjadi korban selalu masyarakat. Masyarakat dibuat bingung dengan perubahan dari sistem, Masyarakat dibuat kesulitan dengan perubahan kebijakan, dan tak sedikitpun Masyarakat dibuat kecewa dengan keputusan-keputusan Pemerintah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang lebih mendalam tentang perubahan ini dan mempertimbangkan beberapa hal, seperti konsistensi, transparansi, dan akuntabilitas. Dengan demikian, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik dan tidak lagi menjadi korban uji coba.
Dampak Perubahan dari PPDB ke SMPB
Perubahan dari PPDB ke SMPB akan memiliki beberapa dampak, baik positif maupun negatif. Berikut kemungkinan beberapa dampak yang dapat dilihat:
1. Meningkatnya kesulitan bagi siswa: Perubahan ini akan membuat banyak siswa bingung dan harus beradaptasi kembali dengan perubahan ini. Mereka harus mengikuti serangkaian proses seleksi yang lebih ketat dan kompleks, mengingat banyaknya jalur yang dipilih yang dapat membuat mereka merasa tidak siap untuk menghadapi proses pendidikan yang lebih tinggi.
2. Meningkatnya fokus pada jumlah siswa yang diterima: Perubahan ini akan membuat banyak sekolah menjadi lebih fokus pada jumlah siswa yang diterima daripada kualitas pendidikan yang diberikan.
3. Meningkatnya biaya pendidikan: Perubahan ini akan membuat banyak orang tua menjadi lebih khawatir tentang biaya pendidikan. Mereka harus membayar biaya yang lebih tinggi untuk memastikan bahwa anak mereka dapat melanjutkan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi.
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memang telah terbukti berhasil dalam 13 abad, dengan mencetak banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam, seperti Imam Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rushd dan ilmu-ilmuan Islam lainnya. Pendidikan Islam juga telah berperan besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama pada masa kejayaan Islam.
Menurut Syaikh Jauhari Thanthawi, Guru Besar Cairo University, dalam Tafsir Al Jawahir, terdapat lebih dari 750 ayat kauniat, ayat tentang alam semesta, dan hanya ada sekitar 150 ayat tentang Fiqh.
Ini menjelaskan bahwa Islam menyuruh umatnya untuk maju, belajar dan melakukan penelitian dalam bidang apapun, termasuk sains dan teknologi. Dan ini diperjelas dalam Surat Al 'Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yang turun di Gua Hira, Kota Suci Mekkah yang membuka wawasan ilmu pengetahuan dan literasi.
Artinya: "Bacalah (ya Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang amat pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al 'Alaq: 1-5).
Pendidikan Islam memfasilitasi guru-guru yang terlatih sehingga guru dapat menyampaikan dan memberikan pengajaran yang tepat. Pendidikan Islam pula memfasilitasi sekolah-sekolah agar murid dapat pegajaran yang layak dan sesuai. Semua ini terbukti dengan mencetaknya banyak ilmuan-ilmuan hebat.
Sungguh besar dan kaya sekali Pendidikan Islam dan mungkin membutuhkan biaya yang besar untuk membuat itu? Ya benar! Negara Indonesia kayak akan sumber daya alam seharusnya Indonesia dapat mengambil dan mencontoh Pendidikan Islam dan seharusnya tidak sulit untuk Negara Indonesia mewujudkannya.
Sistem saat ini membuat Negara, Pemerintahan dan Masyarakat jauh dari Agama, memisahkan kehidupan dari Agama padahal sudah jelas bahwa pedoman masyarakat muslim dan Hukumnya yaitu bersumber dari Al Qur'an dan Hadits.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 185)
Dan dalam Surat Al Baqoroh Ayat 2, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ
Artinya: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,"(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)
Alquran juga penyempurna dan membenarkan kitab-kitab terdahulu, hal ini tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 97 yang berbunyi:
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
Tapi mengapa kita seolah-olah takut, khawatir dan bahkan menjauh dari pedoman itu.
Wallahualam.
Oleh: Nurpiani, S. Kom (Pengajar di Karawang)