Beragam Tradisi Menyambut Ramadan sebagai Persiapan Puasa
Tradisi menyambut Ramadan muncul dari kewajiban puasa yang dijalankan umat Islam di Indonesia. Dengan mayoritas muslim, berkembang berbagai tradisi persiapan untuk menghormati bulan suci ini.
 |
| Foto ilustrasi |
Pembina Yayasan Bumi Puger Persada, Yopi Setio Hadi mengatakan pembersihan rumah jelang Ramadan menjadi tradisi di Jawa Timur. "Ada yang menganggap bahwa menyambut bulan Ramadan itu adalah suatu kesucian harus disambut dengan sesuatu yang menyucikan," ujar Pembina Yayasan Bumi Puger Persada, Yopi Setio Hadi, dalam wawancara bersama PRO3 RRI, Minggu (23/2/2025).
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah ziarah kubur untuk mendoakan leluhur. Tradisi ini menjadi bentuk penghormatan kepada orang tua serta pengingat akan kefanaan hidup manusia.
Di beberapa daerah, masyarakat melakukan ritual pembersihan diri seperti padusan atau mandi besar. Tradisi ini melambangkan penyucian diri sebelum memasuki bulan yang penuh berkah.
Selain kebersihan diri, lingkungan juga dibersihkan sebagai bentuk keseimbangan dengan alam. "Membersihkan sungai atau sumber air menjadi simbol penghormatan terhadap ciptaan Tuhan," ucapnya.
Tradisi berbagi juga menjadi bagian penting dalam menyambut Ramadan, seperti sedekah dan Jumat berkah. Kegiatan ini mempererat hubungan sosial serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Di Jakarta, terdapat tradisi nyorok yang melibatkan pemberian makanan kepada orang tua atau tokoh masyarakat. Sementara di Jawa, dikenal istilah barian yang bermakna berbagi makanan antarwarga.
Tradisi Ramadan di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh umat Islam, tetapi juga melibatkan masyarakat dari berbagai agama. "Orang Katolik juga ikut berpartisipasi membagi-bagikan, jadi tradisi itu bukan hanya untuk umat muslim," ujar Yopi
Partisipasi ini memperkuat toleransi dan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Melalui berbagai tradisi ini, masyarakat Indonesia tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi juga membangun solidaritas. (*)
