Kemenkes Sebut Kasus Pneumonia Mycoplasma Meningkat saat Peralihan Musim, Ini Gejala dan Penyebabnya kepada Anak
Kementerian Kesehatan menyebut melonjaknya kasus pneumonia mycoplasma karena adanya peralihan cuaca. Diketahui, di Tiongkok saat ini terjadi kenaikan kasus pneumonia mycoplasma sehingga menyebabkan pasien menumpuk di salah satu rumah sakit.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pada umumnya penyakit ini melonjak saat musim panas di benua Eropa. Meski peralihan cuaca belum dianggap menjadi faktor utama dalam kenaikan kasus pneumonia mycoplasma.
"Umumnya saat musim panas di Eropa, penyakit ini rata-rata naik (kasusnya). Di Indonesia sekarang kan dari musim panas mau beralih ke musim hujan (pancaroba), itu banyak orang juga sakit," kata Maxi dalam konferensi pers "Update Pneumonia Mycoplasma di Indonesia" secara daring, Rabu (6/12/2023).
Dilansir dari jurnal kesehatan thorax.bmj.com, Dr D Onozuka meneliti kerterkaitan faktor cuaca terhadap pneumonia mycoplasma. Penelitian itu mengambil data kasus pneumonia mycoplasma dan faktor cuaca di Fukuoka, Jepang dari 1999 hingga 2007.
Selama periode penelitian sembilan tahun, dilaporkan sebanyak 13.056 juta warga Jepang terkena pneumonia mycoplasma. Dimana sebanyak 12.234 (93,7%) kasus berusia di bawah 15 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan, setiap kenaikan suhu rata-rata 1° Celcius, jumlah kasus mingguan pneumonia mycoplasma meningkat sebesar 16,9 persen. Kasus juga naik sebesar 4,1 persen untuk setiap peningkatan kelembaban relatif 1 persen.
Kesimpulannya, dari tahun 1999-2007, kasus pneumonia mycoplasma meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan suhu rata-rata dan kelembaban relatif di Fukuoka, Jepang.
Dan sebagai bahan informasi beberapa pekan ke belakang masyarakat dihebohkan pemberitaan dengan narasi penyakit menular misterius di Tiongkok. Baru-baru ini diketahui bahwa penyakit misterius tersebut adalah mycoplasma pneumoniae.
Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri mycoplasma yang menular melalui droplet. Apa saja gejala-gejala yang timbul dari mycoplasma pneumoniae?
Dokter Spesialis Anak Konsultan RSCM, Nastiti Kaswandani mengatakan, gejala Pneumonia Mycoplasma umumnya sama dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Anak-anak yang terkena pneumonia mycoplasma biasanya diawal dengan demam, batuk, nyeri, atau sakit tenggorokan.
"Nah, batuknya ini yang sangat menganggu. Batuknya bisa menetap dua sampai tiga pekan, cukup lama," kata dr. Nastiti .
Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi pada anak-anak. Lebih lanjut, Nastiti mengatakan bahwa pada anak usia remaja gejalanya bisa sampai nyeri Dada, kemudian fatigue atau kelelahan.
"Itu yang menonjol pada gejala pneumonia akibat bakteri mycoplasma. Dibandingkan dengan virus Corona atau virus influenza, keparahan pneumonia mycoplasma jauh lebih rendah," ujarnya.
Nastiti mengingatkan agar masyarakat tidak panik, mengingat kasus ini sudah lama ada di dunia dan sudah ada obatnya. Ia juga meminta kepada media agar bisa mengedukasi masyarakat dan tidak membuat pemberitaan akan penyakit ini semakin membuat panik masyarakat.
"Angka mortalitasnya rendah hanya 0,5 sampai 2 persen. Itu pun biasanya pada pasien dengan komorbiditas," ucap Nastiti.
Dokter Spesialis Anak RSCM, Nastiti Kaswandani mengatakan, bakteri mycoplasma bukanlah jenis bakteri baru. Menurutnya, pneumonia mycoplasma sudah ada sejak lama, berbeda dengan penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus baru Sars-Cov-2.
"Mycoplasma sudah sangat lama ada di buku-buku pedoman tentang pneumonia, bakteri, dan virus penyebab pneumonia. Mycoplasma disebut sebagai salah satu bakteri penyebab pneumonia pada anak," kata dr. Nastiti dalam konferensi pers secara daring, Rabu (6/12/2023).
"Jadi hal ini bukan hal yang baru. Atau baru pertama kali terjadi," kata dia melanjutkan.
Dan penyakit pneumonia ini kembali muncul ke permukaan dan menbuat heboh jagat maya. Hal ini lantaran kasusnya melonjak di Tiongkok, dan video padatnya anak-anak yang dirawat di rumah sakit tersebar di media sosial.
"Ini angkanya naik signifikan karna surveilans untuk mendeteksi bakteri. Sehingga terlihatlah tren peningkatan pneumonia mycoplasma," ujarnya Nastiti.
Ia menuturkan, pasien pneumonia mycoplasma kebanyakan terjadi pada rentang usia anak prasekolah maupun anak usia sekolah. Adapun proporsi anak prasekolah dan usia sekolah sebesar 30 persen, sementara proporsi usia bayi di bawah lima persen.
"Bayi yang menderita pneumonia hanya sedikit, mungkin hanya lima persen. Memang lebih banyak usia anak-anak sekolah, tadi juga ada yang sampai 12 tahun," ucap Nastiti.
Di Indonesia sendiri, kasus pneumonia mycoplasma di Indonesia sudah terdeteksi sebanyak enam orang. Pasien merupakan anak-anak dengan rentang usia 3 hingga 12 tahun.(*)